Senin, 06 Desember 2010


Tanam Pohon Di Cihaur Ciawigebang
Februari 17, 2009 in BEJA TI DESA | Tags: ciawigebang




BUPATI KUNINGAN, H AANG HAMID SUGANDA BERSAMA MASYARAKAT DESA CIHAUR KEC. CIAWIGEBANG

Upaya melestarikan dan merehabilitasi lahan kritis, Bupati Kuningan H Aang Hamid Suganda melakukan gerakan penanaman pohon di Desa Cihaur Kec Ciawigebang. Soalnya, sebelumnya di wilayah itu terdapat situ namun tidak berfungsi lagi dan dinyatakan hilang. Sehingga masyarakat kesulitan memeroleh air untuk areal pertanian.
Situ Cihaur setelah dibangun Pemkab Kuningan beberapa tahun silam. Kini hasilnya sudah tampak. Masyarakat merasakan manfaat atas keberadaan situ. Areal pertanian yang sebelumnya tidak tergarap, sekarang menjadi areal pesawahan yang subur. Dikarenakan terpenuhinya air untuk kepentingan pertanian.
Bupati Kuningan H Aang Hamid Suganda, didampingi Kabag Humas Setda Kab Kuningan, H Lili Suherli menyebutkan. “Kehadiran bupati di lokasi Situ Cihaur, juga merupakan napak tilas. Sebab, ketika bersekolah di SD pernah berkunjung dan berekreasi ke lokasi itu. Nostalgia masa kecil ini yang mendorong ia menanami areal seluas kurang lebih 2 Ha dengan Pohon Damar dan Kenari,” ungkap H Lili.
Lanjutnya, “pembangunan dan rehabilitasi Situ Cihaur berikut saluran irigasi teknisnya, menghabiskan biaya sebesar Rp1,2 milyar yang bersumber dari dana ABT tahun 2007. Peruntukannya yaitu rehabilitasi situ sebesar Rp820 juta, irigasinya Rp 400 juta. Sampai saat ini, Situ Cihaur telah ditanami ikan sebanyak 6.000 ekor,” tambahnya.
Selain kegiatan penanaman pohon, bupati dan rombongan melakukan kegiatan pemantauan dan monitoring program penghijauan pinggir jalan di jalur Kuningan-Ciawigebang-Kalimanggis. Dengan bersepeda santai dengan kelompk ikatan sepeda sehat Kuningan (ISSK). Hasil pantauan itu, bupati memerintahkan Camat Ciawigebang Jaka Chaerul agar membuat ajir atau pelindung pohon dari bahan bambu.
Kegiatan itu, diikuti pula jajaran musyawarah pimpinan daerah (Muspida) diantaranya Kapolres Kuningan AKBP Nurullah, komandan distrik militer (Kodim) 0615 Kuningan, Letkol Mulyono, Plt sekretaris daerah (Sekda) H Djamaluddin Noor. Unsur satuan perangkat kerja daerah (SKPD) dan unsur musyawarah pimpinan kecamatan (Muspika). Selain itu ada pula Endang Karma, anggota DPR RI dan mantan Bakorwil Cirebon, H Nunung Sahnuri.***

SEJARAH LETUSAN GUNUNG CIREMAY


Kali ini kita membahas tentang gunung Ciremai. Gunung Ciremei adalah gunung tertinggi di Jawa Barat (3.078 Mdpl), dapat terlihat dengan jelas oleh para penumpang kereta api atau kendaraan umum lainnya sepanjang jalur pantura sekitar Cirebon. Untuk menuju puncak Ciremei terdapat 3 jalur yang dapat ditempuh yakni jalur Majalengka jalur Palutungan dan jalur Linggarjati. Jalur Linggarjati merupakan yang paling terjal dan terberat, namun jalur ini merupakan yang paling sering dilalui pendaki.

Gunung Ceremai memiliki keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan gunung-gunung lain di pulau Jawa. Gunung ini terletak berjauhan dari gunung tinggi lainnya dan sisinya adalah Laut Jawa. Perjalanan ke G. Ceremai dapat dimulai dari terminal Cirebon, naik bus menuju Kuningan dan turun di Cilimus. Dari Cilimus kita sambung dengan kendaraan colt atau ojek ke desa Linggarjati.

Di desa Linggarjati, kita dapat menginap di Hotel Linggarjati. Dari hotel Linggarjati kita meneruskan perjalanan melalui gedung Naskah ke arah Barat sampai sekitar Balai Desa Linggarjati. Disini kita menemui seseorang mantan pendaki atau tepatnya juru kunci, yang berpengalaman bernama pak Ahmad, yang karena usia kini beliau mengalami gangguan penglihatan. Foto juru kunci gunung Ciremai yang disegani.

Dari sini kita berjalan lurus dan akan menemui hutan pinus, lalu kita akan sampai pada jalan bercabang, yang dinamakan Cibunar. Di tempat ini kita dapat mendirikan tenda karena tersedia mata air. Perjalanan dilanjutkan dengan memilih jalan ke kiri menuju puncak gunung Ciremai. 5 jam kemudian kita akan menemui sebuah batu besar, yang lokasinya dijadikan POS istirahat yang disebut Watu Lingga. Dari Lingga menuju puncak (kawah) ditempuh dalam 2-3 jam perjalanan melalui hutan dan batu-batuan cadas. Dari puncak ke arah kanan kita bisa langsung ke kawah belerang yang memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Untuk mengitari puncak diperlukan waktu 2½ jam, kita dapat melihat pemandangan menarik kearah kota Majalengka, Bandung, Laut Jawa dan lainnya. Turun dari puncak ke desa Linggarjati ditempuh dalam waktu 3-4 jam.

Ini ada sharring cerita dari rekan kita Racer Kids

Ciremai bln2 ini lg bagus cuacanya, kmrn tgl 23 saia baru turun dr sana. Klo naek lbh baik lwt palutungan aja (walopun agak jauh tp jalurnya lbh landai), jgn dari linggarjati deh, itumah nyiksa bgt, udah tanjakannya panjang terjal pula, di sini gak ada air, jd sebaiknya bw yg BANYAK !!! dari bwh.

Kmrn saya salah milih jalur, harusnya mah lwt palutungan, tp mlh k linggarjati (maklumlah br pertama k ciremai). Selepas pos Bapa Tere kita dikejutkan sm suara "kresek2" dr dlm semak2, trus tw2 ada suara "NGOK" seekor babi hutan tiba2 hadir dan mengejar.... anjritt.. .tmn saia yg di dpn kaget trus langsung panik lari turun k bwh, secara otomatis saia juga ikutan panik, gak tw hrs lari k mana, sampe2 tempurung lutut saia hampir pecah gara2 jatoh trus kesandung akar pohon smpe guling2an.

Selepas puncak kita langsung turun, mksdnya mo lwt palutungan, tp kita malah nyasar k jalur Apuy (kita naik lg bwt nyari jalur palutungan), persediaan air kita udh menipis, tinggal 1 botol (600 ml) bwt ber 4. kita terpaksa gak makan dr siang smpe pagi. Tmn saia smpe2 minum air kencingnya sendiri...ugh parah nih, Beruntung ada bbrp pendaki asal Cirebon yg baru naik lwt palutungan, mereka ngasih kita 4 botol air minum (THX bgt, klo gak ada kalian kita gak tw gmn nasibnya) smoga tuhan membalas kebaikan kalian....